Jumat, 26 April 2013

teori planning

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Suatu perencanaan yang dibuat oleh seorang perencana pastilah memiliki dasar teori. Teori – teori yang dipakai dalam pembentukan perencanaan tersebut dipadukan dalam teori perencanaan. Sehingga perlu sekali seorang perencana mengetahui dan mempelajari teori perencanaan. Di dalam pelaksanaan perencananaan, perencana menghadapi permasalahan teori perencanaan. Seperti pemahaman perencanaan, perbandingan dan transfer pengalaman dan prosedur – prosedur perencanaan di dalam suatu kerangka kerja (meta-planning). Teori perencanaan juga ikut berpartisipasi dalam minat profesi perencana. Hal ini terwujud dengan banyaknya sarjana perencana yang muncul. Sehingga perencanaan semakin meningkat.
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Teori Perencanaan
• Teori
Anggapan - Anggapan yang dikemukaan sebagai suatu penjelasan yang didasari oleh alasan yang berlandaskan kepada seperangkat fakta”, atau dikatakan sebagai “cara untuk dapat mengerti tentang suatu hal melalui suatu kerangka berfikir yang dapat mengintegrasikan fakta dan pengalaman, (Webster Dictionary).
• Perencanaan
Dapat diartikan dari dari berbagai macam sudut, tergantung dari segi apa hal tersebut dilihat (F.G.Gillie,1997).
• Dengan Demikian
Teori perencanaan diartikan sebagai suatu anggapan untuk dapat menginterpretasikan fakta dan pengalaman menjadi suatu konsepsi dan rencana.
B. Hubungan Antara Teori Prosedural dan Teori Substantif
Penyerapan substansi metode dari disiplin ilmu lain sering disebut sebagai substantive theory atau dalam teori perencanaan dikenal dengan theory in planning. Sementara teori perencanaan disebut sebagai teori prosedural atau theory of planning. Dalam praktek, seharusnya tidak dipisahkan antara theory of planning dan theory in planning. Justru diharapkan keduanya akan membentuk suatu kolaborasi yang oleh Faludi (1973) disebut sebagai perencanaan efektif. Posisi teori perencanaan yang berada pada domain publik memaksa adanya kolaborasi ini. Walau bagaimanapun seorang ahli perencana tidak mungkin menguasai berbagai disiplin ilmu secara detail, ia harus didukung oleh ahli disiplin ilmu lain. Hubungan sebagaimana yang dikemukakan Faludi sebenarnya akan mengaburkan posisi perencanaan sebagai suatu originalitas keilmuan. Peranan teori perencanaan prosedural seharusnya memiliki porsi yang lebih besar dalam menjalankan fungsinya, sementara keberadaan teori substantif diharapkan sebagai pendukung atau inferior dari keberadaan teori perencanaan prosedural. Pada prakteknya justru teori substantif yang memiliki sumbangan lebih besar melalui motoda-metoda analisis yang diserap oleh teori perencanaan prosedural.
C. Aspek dari permasalahan teori perencanaan
1. Pemahaman Tentang Perencanaan
Pemahaman perencanaan sebagai sebuah masalah yang berarti bahwa perencana menghadapi tantangan dari rancangan mengenai gambaran dirinya sendiri pada jalannya sebagai seorang perencana; lembaga di mana ia beroperasi; prosedurnya; lingkungan sebagai sebuah pengaruh, dan mempengaruhi, operasi dari lembaga ini.
2. Perbandingan dan Transfer Pengalaman
Di dalam konteks ini membandingkan antara masalah akademisi perencanaan dan perencana. Mengapa perbandingan itu penting, karena masalah yang dihadapi baik perencana maupun akademisi biasanya berbeda (di dalam teori dan pelaksanaanya). Sehingga dapat melengkapi maupun memberi solusi dalam perencanaan. Di dalam transfer pengalaman, para perencana perlu melihat bidang – bidang lain dimana perencanaan diterapkan. Misalnya dari perencanaan kota ke perencanaan sosial dan perencanaan ekonomi ke perencanaan pendidikan atau sebaliknya. Dengan adanya transfer pengalaman juga dapat dilakukan sebuah perbandingan yang kemudian dapat dievaluasi dan diterapkan dalam peraturan yang baru.
3. Meta-planning
Penyelesaian secara sistematis dalam meningkatkan kinerja lembaga perencana dan prosedurnya dapat dilakukan dengan membentuk suatu kerangka kerja (meta-planning). Prosedur – prosedur tersebut harus dipilih dan berhubungan dengan setiap level kebijakan. Adanya pemilihan prosedur tersebut mengakibatkan reformasi di badan pemerintahan.
D. Hubungan Antara Teori Perencanaan, Metodologi, dan Ilmu Sosial
Dalam perkembangannya, ternyata teori perencanaan tidak dapat berdiri sendiri untuk merespon kejadian-kejadian tak terduga tersebut. Teori perencanaan membutuhkan kontribusi disiplin ilmu lain sebagai modal observing sekaligus media penjelas, seperti; metode ilmu sosial, matematika, lingkungan, civil engineering, arsitektur dan lain-lain. Sehingga hal ini menarik perhatian bahwa untuk permasalahan profesi perencanaan dalam pencarian identitas, profesi perencanaan harus menerima kenyataan bahwa akademisi yang berkaitan dengan perencanaan teori mengambil kesadaran ilmu-ilmu sosial.
E. Hubungan Antara Teori Perencanaan dan Profesi Perencana
Teori perencanaan pasti pada akhirnya harus dapat diterapkan dalam suatu pelaksanaan perencanaan. Sehingga teori yang dimiliki ataupun dijadikan patokan bagi seorang perencana ikut mempengaruhi tentang kinerja dari profesinya sebagai perencana. Dari teori – teori tersebut perencana dapat menciptakan suatu gagasan sebuah model atau kerangka perencanaan yang kemudian dijadikan sebuah penelitian. Namun harus diingat bahwa perencanaan tidak bekerja dengan analisis tetapi dengan sintesis, perencanaan dilakukan untuk memanipulasi dan tidak hanya untuk dimengerti saja (Minnet, 1972). Sehingga perencanaan dalam penelitiannya tidak untuk menganalisis konteks identifikasinya namun lebih pada perpaduan ilmu – ilmu yang ada / dimanipulasi. Maka dibutuhkan ahli – ahli yang bervariasi yang memiliki ilmu perencanaan yang kemudain dapat melahirkan sarjana – sarjana perencana yang baru. Banyaknya sarjana – sarjana ini dapat menjaga dan menjamin pertumbuhan minat pada profesi perencana itu sendiri.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
1. Di dalam prakteknya theory in planning dan theory of planning harusnya di kolaborasikan agar tercipta perencanaan yang efektif.
2. Dalam perkembangannya teori perencanaan tidak dapat berdiri sendiri, sehingga membutuhkan metode – metode ilmu sosial.
3. Adanya variasi teori perencanaan melahirkan sarjana baru yang kemudian dapat meningkatkan minat profesi perencana.